FALSAFAH ORANG JAWA.
Sebagian orang Jawa berusaha menselaraskan beberapa konsep pandangan
leluhur, dengan adab islami, mengenai alam kodrati ( dunia ini ) dan alam
adikodrati ( alam gaib atau supranatural )
Orang Jawa percaya bahwa Tuhan adalah pusat alam semesta dan pusat segala
kehidupan karena sebelum semuanya terjadi di dunia ini Tuhanlah yang
pertama kali ada. Tuhan tidak hanya menciptakan alam semesta beserta isinya
tetapi juga bertindak sebagai pengatur, karena segala sesuatunya bergerak
menurut rencana dan atas ijin serta kehendakNYA. Pusat yang dimaksud dalam
pengertian ini adalah sumber yang dapat memberikan penghidupan,
keseimbangan dan kestabilan, yang dapat juga memberi kehidupan dan
penghubung individu dengan dunia atas. Pandangan orang Jawa yang demikian
biasa disebut Manunggaling Kawula Lan Gusti, yaitu pandangan yang
beranggapan bahwa kewajiban moral manusia adalah mencapai harmoni
dengan kekuatan terakhir dan pada kesatuan terakhir, yaitu manusia
menyerahkan dirinya selaku kawula terhadap Gusti Allah.
Upaya manusia untuk memahami keberadaannya diantara semua makhluk yang
tergelar di jagad raya, yang notabene adalah makhluk, telah membawa
manusia dalam perjalanan pengembaraan yang tak pernah berhenti.
Pertanyaan tentang dari mana dan mau kemana (sangkan paraning dumadi)
perjalanan semua makhluk terus menggelinding dari jaman ke jaman sejak
adanya " ada ". Pertanyaan yang amat sederhana tetapi substansiil tersebut,
ternyata mendapatkan jawaban yang justru merupakan pertanyaan-pertanyaan
baru dan sangat beragam, bergantung dari kualitas sang penanya.
Perkembangan kecerdasan dan kesadaran manusia telah membentuk budaya
pencarian yang tiada henti. Apalagi setelah muncul kesadaran religius yang
mempertanyakan " apa atau siapa yang membuat ada " semakin menggiring
manusia ke dalam petualangan meraba-raba di kegelapan rimba raya
pengetahuan. Di dalam kegelapan itulah benturan demi benturan akibat
perbedaan pemahaman terjadi. Benturan paling purba berawal dari kisah Adam
dan Hawa yang melemparkan mereka dari surga. Benturan terkadang teramat
dahsyat sehingga " perlu " genangan darah dan air mata, yang dipelopori oleh
Habil dan Qabil. Kesemuanya bermuara pada kata sakti yang bernama "
kebenaran " yang sungguh sangat abstrak dan absurd. Tetapi bukankah hidup
dan kehidupan ini abstrak dan absurd ? sehingga tak terjabarkan oleh akal-pikir
yang paling canggih sekalipun.... Baca selengkapnya
klik disini..